Oktober. Bulan yang aneh. Diambil dari kata Okto dalam bahasa Latin yang artinya delapan. Ia malah menjadi bulan kesepuluh dalam kalender Masehi. Dulunya sih memang bulan kedelapan. Tapi, ya begitulah. Tanyakan saja pada Julius Caesar dkk. atas perubahan-perubahan ini.
Apa yang kalian ingat ketika memasuki bulan Oktober? Hari Kesaktian Pancasila? Hari Batik Nasional? Hari Tentara Nasional Indonesia? Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa? Hari Sumpah Pemuda? Ya, aku ingat hari-hari itu (kadang-kadang). Yang paling kuingat di bulan ini adalah hari saat aku lahir. Aku tak ingat bagaimana prosesi kelahiranku. Aku hanya ingat kalau aku lahir di bulan Oktober. Terima kasih ibu dan akte kelahiranku.
Lalu, kenapa ada kata hujan? Hujan mulai membasahi Jatinangor lagi. Setelah di bulan September momen turunnya air dari langit di kecamatan ini dapat dihitung dengan jari tangan, kini di bulan Oktober hujan mulai mengeksiskan dirinya kembali. Selamat datang. Semoga kau tak perlu membuatku dan teman-temanku sakit.
Senyuman. Ada apa dengan senyuman? Apa kau jatuh cinta lagi? Haha. Tidak. Kali ini aku merasa senyumanku mulai memudar. Aura-aura riang dari diriku mulai tak tampak. Hah. Ya sudahlah. Nanti dia juga akan kembali sendiri. Aku yakin dia mampu mencari jalan pulangnya sendiri. Atau kau mampu mengembalikannya? Ah, percuma. Kau tak sadar kalau aku membutuhkanmu.
No comments:
Post a Comment